Budaya Menyontek di Dunia Pendidikan
Pendahuluan
Menyontek
adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita,setidaknya bagi
kalangan pelajar kata menyontek ini memang sudah sangat sering di
dengar.Sebenarnya menyontek itu adalah perbuatan yang salah karena kita
menjadikan diri kita hebat sesaat hanya dengan bantuan teman saja.Menyontek
memang tidak tau asalnya dari mana yang jelas budaya semacam ini telah ada
sejak umat manusia ada di muka bumi.Bahkan menurut Hurlock(1999) menyatakan
bahwa kebanyakan siswa di sekolah menengah banyak melakukan kegiataan menyontek
dalam menyelesaikan tugas-tugas dan soal tes.
Banyak
faktor-faktor yang menyebabkan sikap menyontek ini bisa menjadi muncul bahkan
salah satu nya itu terlihat dalam dunia pendidikan,apabila suasana kelas
tersebut dengan komptesi yang sangat ketat atau dengan kata lain ruangan di
kelas tesebut memiliki persaingan yang sangat ketat.Maka dengan sendirinya para
siswa timbul rasa ingin untuk berbuat curang,dengan cara jalan pintas.Menurut
Djamara(2002) perilaku menyontek disebabkan oleh belum adanya kesadaran akan
pentingnya tugas yang diberikan pada dirinya tentang pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan yang baik,sehingga tidak mau bekerja keras
mempertaruhkan harga dirinya demi keberhasilan belajarnya.
Pembahasan
Perilaku
menyontek adalah sebuah perlaku dimana seorang atau individu melakukakan sebuah
tindakan atau aksi mengambil hak orang lain tanpa sepengetahuan orang pemilik
tersebut atau dengan kata lain membuat diri kita menjadi hebat dengan kemampuan
otak orang lain ,tidak dengan otak kita sendiri.Banyak penyebab seseorang
melakukan perilaku menyontek ini mulai dari diri tidak siap,tekenan
mental,bahkan suasana komptesi yang sangat ketat.Dalam dunia pendidikan hal
semacam ini memang sudah tidak asing lagi bagi kalangan pelajar baik itu siswa
atau mahasiswa,karena dalam kegiataan mereka,di suguhkan dengan serangkaian
kegiaataan yang membuat mereka merasa terpacu dalam mencapai sebuah tujuan
mereka contoh nya kasus seorang siswa dalam mengerjakan ulangan harian,dari
situ terlihat pasti salah seorang siswa dalam kelas tersebut melakukan
perbuatan yang di sebuat dengan menyontek hal bisa saja di akibatkan oleh
faktor yang telah di jelaskan di atas baik kurang nya perisapan ulang,tekanan
mental,dan lain-lain.Gbadasomi(2004) mengungkapkan ada tiga faktor yang
menyebabkan timbulnya perilaku menyontek tersebut.Pertama,kesempatan.Kesempatan
menjadi predikator utama yang menimbulkan perilaku menyontek ini ,untuk itu
sebisa mungkin untuk meminimalisasikan kesempatan yang ada sewaktu ujian
berlangsung.Kedua adanya siwa lain yang memberikan kode atau tanda kepada
pengawas ujian bahwa ketika ada siswa yang melakukan perilaku menyontek
tersebut.Ketiga,keputusan dan kenekatan yakni seluruh upaya mental yang
dilakukan siswa untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial.
Menyontek
di dunia pendidikan telah bisa di kategorikan menjadi budaya,hal itu kita tidak
bisa berbohong lagi karena setiap kegiataan di dunia pendidikan baik itu
ulangan,uts,uas dan lain-lain telah di warnai dengan perilaku menyontek.Kalau
bicara masalah budaya tampaknya lembaga pendidikan kebanyakan di Indonesia
tidak terlalu ketat dalam menyontek tersebut.Suatu hal atau kegiaatan yang bisa
di kategorikan menjadi buadaya ialah kegiataan tesebut telah di lakukan secara
berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang sangat sulit untuk di
hilangkan,dan ketika seseorang melarang untuk tidak boleh melakukan kegiataan
menyontek tersebut pelaku orang menyontek tersebut masih tetap saja melakukan
nya ,hal semacam ini telah dapat di kategorikan menjadi sebuah budaya yang
tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan.Dalam dunia pendidikan khususnya
di Indonesia perilaku menyontek sebagian ada yang menanggapinya secara serius
dan sebagian ada juga yang menggapinya secara biasa saja,hal inilah yang
membuat perilaku menyontek telag menjadi budaya yang secara terus menerus tetap
di dipakai demi untuk mendapatakan suatu tujuan tapi dengan cara yang tidak
sehat.Dalam hal ini tampaknya individu di Indonesia memiliki tingkat kejujuran
yang sangat rendah karena mencontek sangat berhungan dengan kejujuran
seseorang.Lebih lanjutnya seperti yang dikatakan oleh West,Ravenscroft dan
Shrader(2004) menemukan bahwa penilaian moral tidak berhungan dengan
kejujuran,tetapi tingginya perilaku menyontek berhubungan dengan rendahnya
tingkat kejujuran seorang individu.Bentuk perilaku menyontek dapat di
kategorikan menjadi dua bagian yang pertaman,yaitu dengan cara membuat semacam
catatatan yang kecil baik itu di kertas,di tangan tau di tempat yang
tersembunyi lain nya.Kedua dengan cara melihat hasil pekerjaan teman sebelah
yaitu dengan cara yang diam-diam atau tanpa sepengetahuan orang tersebut dan
dengan cara menjalin kerjasama dengan sewaktu ujian berlangsung,hal semacam
inilah yang banyak terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia baik itu di
tingkat SD,SMP,SMA atau bahkan bangku perkuliahan,bahkan di setiap tingkatan
pendidikan di Indonesia telah menjadi suatu bentuk kegiataan yang sangat wajar
di lakukan.Bahkan dalam sudut pandang agama kegiataan menyontek ini adalah
perbuatan yang dosa itu di karenakan kita mengambil hak orang lain untuk
membuat diiri kita hebat dengan bantuan teman,dan berakibat pembodohan pada
diri sendiri.
Ø Pandangan ilmu psikologi terhadap perilaku menyontek
Dalam kajian ilmu psikologi perilaku menyontek ini
disebakan oleh perilaku menyimpang yang di lakukan individu sehingga berakibat
menjadi suatu rangkaiaan kegiataan yang sudah biasa,sehingga berakibat menjadi
suatu budaya yang tak terpisahkan.Apabila di lihat dari individunya bisa jadi
perilaku menyontek ini salah nya penanaman nilai moral yang di tanamkan sewaktu
dia tumbuh,baik itu di lingkungan keluarga,sekolah,teman,dan bahkan lingkungan
masyarakat sekitar.Peran yang sangat penting disini yaitu lingkungan keluarga
lebih tepatnya lagi orang tua itu sendiri,karena orang tualah yang menanamkan
nilai-nilai moral kepada anaknya.Kerena pada hakekatnya sewaktu anak kecil dia
adalah peniru yang sangat ulang,karena dia melihat atau meniru apa yang orang
tuanya ajarakan kepada sang anak,apabila orang tua menanamkan nilai moral yang
tidak baik atau orang tuanya itu sendiri yang tidak mempunyai moral yang
baik,dalam hal itu sang anak langsung menangkap sinyal moral yang secara tidak
langsung di berikan dari orang tua.Apabila anak di didik dengan lingkungan yang
menanamkan nilai-nilai kebaikan yang baik maka anak akan tumbuh menjadi orang
yang akan terus menanamkan nilai-nilai kebaikan yang di ajarkan orang tua
kepada anak nya,maka anak tidak akan mau melakukan perbuatan yang tidak baik
karena dalam otaknya sudah tertanam nilai-nilai kebaikan,dan dengan sendirinya
perilaku menyontek ini dengan sendiirinya bisa hilang apabila orang tua mampu
mendidik anaknya dengan baik.Selanjutnya teman sebaya,teman bisa membuat kita
menjadi sosok orang yang baik atau bahkan bisa menjadi orang yang tidak
baik,karena teman mampu mengkomunikasikan suatu informasi dengan bahasa yang
mudah di pahami dengan cepat oleh temannya.Jadi,apabila teman mengajarkan
mengenai perilaku menyontek ini maka individu tersebut akan telah terjerumus di
dalam budaya menyontek tersebut.Selanjutnya sekolah,ini lah tempat
berlangsungnya budaya menyontek tersebut karena di sinilah para siswa atau
mahasiswa menimbah ilmu,oleh karena itu peran guru dan peraturan sekolah
sangatlah di perlukan agar tidak menjadikan suatu menyontek ini menjadi budaya
yang telah menjamur lingkungan sekolah.Apabila sekolah telah menciptakan
peraturan semacam ini maka dengan sendirinya budaya menyontek ini akan menjadi
hilang dengan sendirinya di dunia pendidikan di Indonesia,agar mencipatkan
generasi yang tidak membodohkan diri sendiri dengan cara menyontek.Berbicara
mengenai moral dalam dunia ilmu psikologi ,seorang psikolog yang sangat terkenal
Lawrence Kohlberg(1963,1975).Kohlberg mengemukakan serangkian tahap alasan
moral yang detail dan membawa kajian tersebut dalam evolusinya.Ia membagi
perkembangan moral menjadi tiga tingkat: 1.Pra konvensional dimana penilaiaan
didasarakan hanya pada satu kebutuhan dan presepsi seseorang.2 Konvensional,di
mana anggapan masyarakat dan hukum di pertimbangkan.3 Post konvensional dimana
penilian.
Budaya menyontek ini bisa timbul akibat sistem
pendidikan di Indonesia yang sangat buruk.Karena bentuk kegiataan ulangan atau
ujian di Indonesia di lakukan dengan cara tatap muka atau langsung datang ke
tempat ujian itu berlangsung baik di sekolah atau tempat lainya. Peran Kementrian Pendidikan di Indonesia di
sini sangat di perlukan,yaitu dengan cara mengubah sistem pembelajaran atau
ulangan harianya.Dengan demikian upaya untuk menghilangkan budaya menyontek
bisa dapat di kurangi.Contohnya dengan membuat sitem ujian nya dengan cara
mengasih paket-paket,setiap paketnya tidak ada satu soal pun yang sama dengan
demikian para siswa atau mahasiswa sadar pentinganya belajar dan menghilangkan
budaya menyontek mereka,yang telah di wariskan secara turun temurun.Dalam 2
tahun sebelumnya sistem ujian dengan cara membuat banyak paket sedikit
menggurangi angka perbuatan curang dalam ujian salah satu nya menyontek,namun
masih banyak terdapat kelemahan yaitu paket yang di buat masih saja di jumpai
soal-soal yang sama.Karena apabila perbuataan menyontek ini tidak cepat di
atasi dari akarnya makan di ibaratkan menyontek ini sama halnya denga penyakit
kanker.Petress(2003) perilaku menyontek dianalogikan dengan penyakit kanker
yang ada pada tubuh.Berita kesuksesan menyontek yang di alami seseorang akan
menyebar dengan sangat cepat dari satu siswa lainnya dan sulit untuk di
berantas.Dalam dunia pendidikan perilaku menyontek di sebut sebagai
plague.Apabila di suatu sekolah mempunyai angka menyontek yang sangat tinggi
hal ini menggambarkan kegagalan guru,kepala sekolah,dan pihak-pihak lainya.
Ø Presepsi pelajar mengenai budaya menyontek
Seiring dengan kemajuan zaman,maka budaya menyontek
pun ikut berkembang dan membuat perbuataan menyontek ini adalah perbuatan yang
sah-sah saja.Kebanyakan pelajar Indonesia menggap budaya menyontek ini adalah
hal yang wajar karena mereka sering menjumpai perilaku seperti di bangku
sekolah,memang sedikit mengecewakan ketika kita melihat budaya menyontek ini
telah menjadi suatu budaya.Bahkan hal ini di jelaskan oleh Haryono dkk(2011) ia
menyatakan kebanyakan para siswa atau mahasiswa menyontek dengan alasan malas belajar,takut
mengalami kegggalan,karena tuntutan orang tua untuk mendapat peringkat di
kelas.Hal semacam ini lah yang dapat menimbulkan budaya menyontek tumbh.Awalnya
dengan kita menyontek,semuanya terasa sangat enak,karena kita tidak perlu
berusaha keras hanya menggandalkan kemampuan otak teman,apabila hal semacam ini
masih terus dibiarkan dan tidak diatasi menyontek ini telah menjadi semacam
kecanduan,kalau sudah mengalami kecanduan sangat susah untuk dihilangi.Apabila
kita bayangkan generasi masa depan indonesia dilandasi dengan hal menyontek
ini,malah akan membuat bangsa ini menjadi semakin kacau,karena meraka sejak
bangku sekolah sudah dibekali dengan kebohongan-kebohongan yaitu dengan
menyontek.Seharusnya generasi penerus bangsa ini adalah orang-orang yang cerdas
sehingga bisa membawa bangsa ini di kenal luas dimata dunia.Keterlibatan semua
pihak dalam hal agar kita dapat mencetak generasi bangsa yang unggul,namun
semua itu tidak ada gunanya apabila diri kita sendiri yang tidak mau merubah
budaya yang sangat jelek ini.Karena budaya yang jelek tidak usah
dilestarikan,hanya budaya yang baik lah yang harus di lestarikan.Pendekatan
secara benar dengan lemah lembut dan langsung berbicara kepada pelaku menyontek
tersebut merupakan cara yang ampuh untuk menghilangkan budaya menyontek
ini,juga perlu penanaman nilai-nilai agama kepada anak mulai sejak dini agar
mereka tau mana perbuatan yang benar dilakukan dan mana perbuatan yang tidak
pasntas dilakukan.Tanpa kita sadari bentuk perilaku menyontek ini terbagi menjadi
beberapa bagian,seperti hal yang di ungkapkan oleh Hetherington dan
Feldman(Hartanto,2012):
A.Social Active
1) Melihat jawaban teman yang ketika ujian
berlangsung.
2) Meminta jawaban kepada teman yang lain ketika ujian sedang berlangsung.
2) Meminta jawaban kepada teman yang lain ketika ujian sedang berlangsung.
B.Individualistic-Opportunistic
1) Menggunakan HP atau alat elektronik yang
lain yang dilarang ketika ujian
sedang berlangsung.
2) Mempersiapkan catatan untuk digunakan saat ujian berlangsung
3) Melihat dan menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman yang lain pada tes
C. Individual Planned
1) Mengganti jawaban ketika guru keluar kelas
2) Membuka buku teks ketika ujian sedang berlangsung
3) Memanfaatkan kelengahan guru dalam ketika menyontek
2) Membiarkan orang lain menyalin pekerjaan
3) Memberi jawaban tes pada teman pada saat tes berlangsung
2) Mempersiapkan catatan untuk digunakan saat ujian berlangsung
3) Melihat dan menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman yang lain pada tes
C. Individual Planned
1) Mengganti jawaban ketika guru keluar kelas
2) Membuka buku teks ketika ujian sedang berlangsung
3) Memanfaatkan kelengahan guru dalam ketika menyontek
D.Social
Passive
1)
Menggijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian sedang berlangsung2) Membiarkan orang lain menyalin pekerjaan
3) Memberi jawaban tes pada teman pada saat tes berlangsung
Mungkin hal di atas adalah kebiasaan yang sering kita
lakukan ketika ujian sedang berlangsung.Bahkan bisa jadi dengan telah
berkembang zaman sekarang masih ada cara baru yang digunakan para siswa atau
mahsiswa dalam melakukan perbuataan menyontek mereka.Namun suatu pertanyaan muncul
sampai kapan menyontek ini dilakukan?kapankah kita menggunakan otak kita
sendiri dalam berpikir?.Itulah sederet pertanyaan yang muncul yang seharusnya
kita tanyakan pada diri kita sendiri,lebih baik menggunakaan prinsip ini lebih
baik mengerjakan ujian dengan otak kita sendiri,daripada mengerjakan ujian
dengan otak orang lain.Apabila presepsi itu telah digunakan setidaknya kita
malu pada diri kita sendiri yang tidak mampu menggunakan otaknya
sendiri.Karena,apabila kita salah atau kita mengerjakan ujian tersebut atau
dengan nilai yang kita dapat jelek atau tidak bagus,dengan sendirinya kita
terpacu untuk lebih giat lagi dalam belajar.Tidak ada kata untuk malu,karena
ujian yang kita kerjaakan adalah hasil otak kita sendiri,buat apa nilai kita
bagus tapi hanya dengan otak orang lain.Memang efek menyontek ini tidak
seketika kita rasakan dampak nya masih lama di rasakan.Contoh yang mudah saja
dalam efek menyontek yang kita rasakan yaitu,sangat sulitnya kita untuk masuk
didalam dunia pekerjaaan ketika di suatu perusahaan tersebut dibuka tes untuk
masuk kerja,dari situ mulai terlihat apa yang telah kita lakukan selama masih
duduk dibangku sekolah,karena dalam tes yang ketat semacam itu peluang untuk
berbuat tindakan kecurangan sangatlah sedikit,jadi kesempatan untuk menyontek
tersebut sangatlah sedikit sekali.Jadi,marilah kita sebagai penerus bangsa ini
hilangkanlah budaya yang tidak baik ini,karena apabila generasi sudah ternodai
dengan hasl yang buruk maka bangsa ini akan menjadi kacau.Semuanya di awali
dengan diri kita sendiri untuk tidak menyontek dalam pelaksaan ujian atau
dimana saja.Banggalah kita dengan hasil ujian yang kita kerjakan dengan otak
sendiri sekalipun nilai yang kita dapatakan tidak sebagus ketika menyontek
hasil teman,tapi kita akan mendapatkan kebangaan tersendiri nantinya.Mudah
untuk mengatakan namun sulit untuk dilakukan,itu adalah hal yang wajar karena
menyontek ini telah menjadi suatu budaya.Kita harus mengubah nya sedikit demi
sedikit.
Kesimpulan
Perilaku menyontek memang sudah tidak dapat dipisahkan
dari dunia pendidikan Indonesia,karena perilaku semacam ini telah menjadi
budaya yang tak terpisahkan.Peran semua pihak sangat diperlukan agar kita dapat
menghilangkan budaya menyontek ini.Agar penerus generasi bangsa adalah penenrus
yang memiliki kemampuan yang bagus dan tidak ada budaya yang tidak baik yang
harus dihilangkan dari dunia pendidikan ini.Semoga seluruh komponen bangsa
indonesia sadar mengenai budaya menyontek ini yang masih kita anggap sebagai
hal yang biasa saja,karena apabila masih terus dibiarkan akan menjadi bom waktu
yang sangat mematikan.
Daftar Pustaka
1. Djamara.S.2002.Psikologi
Belajar.Jakarta:Rineka Cipta
2. Gbadasomi,G.2004.Academic
Ethics:What has morality,culture and admisnistration
got to do with its measurement?Management decision 42,1145-1161.
3. Hartanto,Doy
2012.Bimbingan dan Konseling Menyontek Mengungkap Akar masalah dan solusinya.Jakarta.Indeks
4. Haryono
W.Hadjanta G,dari ariyayi P 2001.Perilaku Menyontek ditinjau dari presepsi terhadap Intensitas
Kompetisi dalam Kelas dan Kebutuhan Berprestasi.Psikomedia.Kajian Ilmiah psikologi 21 , 10-16
5. Harlock
Elizabeth B.1999.Psikologi perkembangan(Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan).Jakarta:Erlangga
6. Kohlberg
Lawarence.1981.the Meaning and measurement of moral.Development.
7. Petress
K.C 2003.Accademic Dishonesty a plaque on our profession.Education
123,624-627
8. Riyanto
Theo,Handoko martin.Pendidikan anak usia dini.Jakarta.Grasindo.
9. Tri
Maria Veronikha dkk.Jurnal Perilaku Menyontek.Surakarta.Hal 5-6