Minggu, 11 Januari 2015

Budaya Menyontek di Dunia Pendidikan





Budaya Menyontek di Dunia Pendidikan

Pendahuluan
Menyontek adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita,setidaknya bagi kalangan pelajar kata menyontek ini memang sudah sangat sering di dengar.Sebenarnya menyontek itu adalah perbuatan yang salah karena kita menjadikan diri kita hebat sesaat hanya dengan bantuan teman saja.Menyontek memang tidak tau asalnya dari mana yang jelas budaya semacam ini telah ada sejak umat manusia ada di muka bumi.Bahkan menurut Hurlock(1999) menyatakan bahwa kebanyakan siswa di sekolah menengah banyak melakukan kegiataan menyontek dalam menyelesaikan tugas-tugas dan soal tes.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan sikap menyontek ini bisa menjadi muncul bahkan salah satu nya itu terlihat dalam dunia pendidikan,apabila suasana kelas tersebut dengan komptesi yang sangat ketat atau dengan kata lain ruangan di kelas tesebut memiliki persaingan yang sangat ketat.Maka dengan sendirinya para siswa timbul rasa ingin untuk berbuat curang,dengan cara jalan pintas.Menurut Djamara(2002) perilaku menyontek disebabkan oleh belum adanya kesadaran akan pentingnya tugas yang diberikan pada dirinya tentang pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan yang baik,sehingga tidak mau bekerja keras mempertaruhkan harga dirinya demi keberhasilan belajarnya.





Pembahasan
Perilaku menyontek adalah sebuah perlaku dimana seorang atau individu melakukakan sebuah tindakan atau aksi mengambil hak orang lain tanpa sepengetahuan orang pemilik tersebut atau dengan kata lain membuat diri kita menjadi hebat dengan kemampuan otak orang lain ,tidak dengan otak kita sendiri.Banyak penyebab seseorang melakukan perilaku menyontek ini mulai dari diri tidak siap,tekenan mental,bahkan suasana komptesi yang sangat ketat.Dalam dunia pendidikan hal semacam ini memang sudah tidak asing lagi bagi kalangan pelajar baik itu siswa atau mahasiswa,karena dalam kegiataan mereka,di suguhkan dengan serangkaian kegiaataan yang membuat mereka merasa terpacu dalam mencapai sebuah tujuan mereka contoh nya kasus seorang siswa dalam mengerjakan ulangan harian,dari situ terlihat pasti salah seorang siswa dalam kelas tersebut melakukan perbuatan yang di sebuat dengan menyontek hal bisa saja di akibatkan oleh faktor yang telah di jelaskan di atas baik kurang nya perisapan ulang,tekanan mental,dan lain-lain.Gbadasomi(2004) mengungkapkan ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyontek tersebut.Pertama,kesempatan.Kesempatan menjadi predikator utama yang menimbulkan perilaku menyontek ini ,untuk itu sebisa mungkin untuk meminimalisasikan kesempatan yang ada sewaktu ujian berlangsung.Kedua adanya siwa lain yang memberikan kode atau tanda kepada pengawas ujian bahwa ketika ada siswa yang melakukan perilaku menyontek tersebut.Ketiga,keputusan dan kenekatan yakni seluruh upaya mental yang dilakukan siswa untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial.
Menyontek di dunia pendidikan telah bisa di kategorikan menjadi budaya,hal itu kita tidak bisa berbohong lagi karena setiap kegiataan di dunia pendidikan baik itu ulangan,uts,uas dan lain-lain telah di warnai dengan perilaku menyontek.Kalau bicara masalah budaya tampaknya lembaga pendidikan kebanyakan di Indonesia tidak terlalu ketat dalam menyontek tersebut.Suatu hal atau kegiaatan yang bisa di kategorikan menjadi buadaya ialah kegiataan tesebut telah di lakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang sangat sulit untuk di hilangkan,dan ketika seseorang melarang untuk tidak boleh melakukan kegiataan menyontek tersebut pelaku orang menyontek tersebut masih tetap saja melakukan nya ,hal semacam ini telah dapat di kategorikan menjadi sebuah budaya yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan.Dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia perilaku menyontek sebagian ada yang menanggapinya secara serius dan sebagian ada juga yang menggapinya secara biasa saja,hal inilah yang membuat perilaku menyontek telag menjadi budaya yang secara terus menerus tetap di dipakai demi untuk mendapatakan suatu tujuan tapi dengan cara yang tidak sehat.Dalam hal ini tampaknya individu di Indonesia memiliki tingkat kejujuran yang sangat rendah karena mencontek sangat berhungan dengan kejujuran seseorang.Lebih lanjutnya seperti yang dikatakan oleh West,Ravenscroft dan Shrader(2004) menemukan bahwa penilaian moral tidak berhungan dengan kejujuran,tetapi tingginya perilaku menyontek berhubungan dengan rendahnya tingkat kejujuran seorang individu.Bentuk perilaku menyontek dapat di kategorikan menjadi dua bagian yang pertaman,yaitu dengan cara membuat semacam catatatan yang kecil baik itu di kertas,di tangan tau di tempat yang tersembunyi lain nya.Kedua dengan cara melihat hasil pekerjaan teman sebelah yaitu dengan cara yang diam-diam atau tanpa sepengetahuan orang tersebut dan dengan cara menjalin kerjasama dengan sewaktu ujian berlangsung,hal semacam inilah yang banyak terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia baik itu di tingkat SD,SMP,SMA atau bahkan bangku perkuliahan,bahkan di setiap tingkatan pendidikan di Indonesia telah menjadi suatu bentuk kegiataan yang sangat wajar di lakukan.Bahkan dalam sudut pandang agama kegiataan menyontek ini adalah perbuatan yang dosa itu di karenakan kita mengambil hak orang lain untuk membuat diiri kita hebat dengan bantuan teman,dan berakibat pembodohan pada diri sendiri.




Ø  Pandangan ilmu psikologi terhadap perilaku menyontek

Dalam kajian ilmu psikologi perilaku menyontek ini disebakan oleh perilaku menyimpang yang di lakukan individu sehingga berakibat menjadi suatu rangkaiaan kegiataan yang sudah biasa,sehingga berakibat menjadi suatu budaya yang tak terpisahkan.Apabila di lihat dari individunya bisa jadi perilaku menyontek ini salah nya penanaman nilai moral yang di tanamkan sewaktu dia tumbuh,baik itu di lingkungan keluarga,sekolah,teman,dan bahkan lingkungan masyarakat sekitar.Peran yang sangat penting disini yaitu lingkungan keluarga lebih tepatnya lagi orang tua itu sendiri,karena orang tualah yang menanamkan nilai-nilai moral kepada anaknya.Kerena pada hakekatnya sewaktu anak kecil dia adalah peniru yang sangat ulang,karena dia melihat atau meniru apa yang orang tuanya ajarakan kepada sang anak,apabila orang tua menanamkan nilai moral yang tidak baik atau orang tuanya itu sendiri yang tidak mempunyai moral yang baik,dalam hal itu sang anak langsung menangkap sinyal moral yang secara tidak langsung di berikan dari orang tua.Apabila anak di didik dengan lingkungan yang menanamkan nilai-nilai kebaikan yang baik maka anak akan tumbuh menjadi orang yang akan terus menanamkan nilai-nilai kebaikan yang di ajarkan orang tua kepada anak nya,maka anak tidak akan mau melakukan perbuatan yang tidak baik karena dalam otaknya sudah tertanam nilai-nilai kebaikan,dan dengan sendirinya perilaku menyontek ini dengan sendiirinya bisa hilang apabila orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik.Selanjutnya teman sebaya,teman bisa membuat kita menjadi sosok orang yang baik atau bahkan bisa menjadi orang yang tidak baik,karena teman mampu mengkomunikasikan suatu informasi dengan bahasa yang mudah di pahami dengan cepat oleh temannya.Jadi,apabila teman mengajarkan mengenai perilaku menyontek ini maka individu tersebut akan telah terjerumus di dalam budaya menyontek tersebut.Selanjutnya sekolah,ini lah tempat berlangsungnya budaya menyontek tersebut karena di sinilah para siswa atau mahasiswa menimbah ilmu,oleh karena itu peran guru dan peraturan sekolah sangatlah di perlukan agar tidak menjadikan suatu menyontek ini menjadi budaya yang telah menjamur lingkungan sekolah.Apabila sekolah telah menciptakan peraturan semacam ini maka dengan sendirinya budaya menyontek ini akan menjadi hilang dengan sendirinya di dunia pendidikan di Indonesia,agar mencipatkan generasi yang tidak membodohkan diri sendiri dengan cara menyontek.Berbicara mengenai moral dalam dunia ilmu psikologi ,seorang psikolog yang sangat terkenal Lawrence Kohlberg(1963,1975).Kohlberg mengemukakan serangkian tahap alasan moral yang detail dan membawa kajian tersebut dalam evolusinya.Ia membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkat: 1.Pra konvensional dimana penilaiaan didasarakan hanya pada satu kebutuhan dan presepsi seseorang.2 Konvensional,di mana anggapan masyarakat dan hukum di pertimbangkan.3 Post konvensional dimana penilian.

Budaya menyontek ini bisa timbul akibat sistem pendidikan di Indonesia yang sangat buruk.Karena bentuk kegiataan ulangan atau ujian di Indonesia di lakukan dengan cara tatap muka atau langsung datang ke tempat ujian itu berlangsung baik di sekolah atau tempat lainya. Peran Kementrian Pendidikan di Indonesia di sini sangat di perlukan,yaitu dengan cara mengubah sistem pembelajaran atau ulangan harianya.Dengan demikian upaya untuk menghilangkan budaya menyontek bisa dapat di kurangi.Contohnya dengan membuat sitem ujian nya dengan cara mengasih paket-paket,setiap paketnya tidak ada satu soal pun yang sama dengan demikian para siswa atau mahasiswa sadar pentinganya belajar dan menghilangkan budaya menyontek mereka,yang telah di wariskan secara turun temurun.Dalam 2 tahun sebelumnya sistem ujian dengan cara membuat banyak paket sedikit menggurangi angka perbuatan curang dalam ujian salah satu nya menyontek,namun masih banyak terdapat kelemahan yaitu paket yang di buat masih saja di jumpai soal-soal yang sama.Karena apabila perbuataan menyontek ini tidak cepat di atasi dari akarnya makan di ibaratkan menyontek ini sama halnya denga penyakit kanker.Petress(2003) perilaku menyontek dianalogikan dengan penyakit kanker yang ada pada tubuh.Berita kesuksesan menyontek yang di alami seseorang akan menyebar dengan sangat cepat dari satu siswa lainnya dan sulit untuk di berantas.Dalam dunia pendidikan perilaku menyontek di sebut sebagai plague.Apabila di suatu sekolah mempunyai angka menyontek yang sangat tinggi hal ini menggambarkan kegagalan guru,kepala sekolah,dan pihak-pihak lainya.

Ø  Presepsi pelajar mengenai budaya menyontek

Seiring dengan kemajuan zaman,maka budaya menyontek pun ikut berkembang dan membuat perbuataan menyontek ini adalah perbuatan yang sah-sah saja.Kebanyakan pelajar Indonesia menggap budaya menyontek ini adalah hal yang wajar karena mereka sering menjumpai perilaku seperti di bangku sekolah,memang sedikit mengecewakan ketika kita melihat budaya menyontek ini telah menjadi suatu budaya.Bahkan hal ini di jelaskan oleh Haryono dkk(2011) ia menyatakan kebanyakan para siswa atau mahasiswa menyontek dengan alasan malas belajar,takut mengalami kegggalan,karena tuntutan orang tua untuk mendapat peringkat di kelas.Hal semacam ini lah yang dapat menimbulkan budaya menyontek tumbh.Awalnya dengan kita menyontek,semuanya terasa sangat enak,karena kita tidak perlu berusaha keras hanya menggandalkan kemampuan otak teman,apabila hal semacam ini masih terus dibiarkan dan tidak diatasi menyontek ini telah menjadi semacam kecanduan,kalau sudah mengalami kecanduan sangat susah untuk dihilangi.Apabila kita bayangkan generasi masa depan indonesia dilandasi dengan hal menyontek ini,malah akan membuat bangsa ini menjadi semakin kacau,karena meraka sejak bangku sekolah sudah dibekali dengan kebohongan-kebohongan yaitu dengan menyontek.Seharusnya generasi penerus bangsa ini adalah orang-orang yang cerdas sehingga bisa membawa bangsa ini di kenal luas dimata dunia.Keterlibatan semua pihak dalam hal agar kita dapat mencetak generasi bangsa yang unggul,namun semua itu tidak ada gunanya apabila diri kita sendiri yang tidak mau merubah budaya yang sangat jelek ini.Karena budaya yang jelek tidak usah dilestarikan,hanya budaya yang baik lah yang harus di lestarikan.Pendekatan secara benar dengan lemah lembut dan langsung berbicara kepada pelaku menyontek tersebut merupakan cara yang ampuh untuk menghilangkan budaya menyontek ini,juga perlu penanaman nilai-nilai agama kepada anak mulai sejak dini agar mereka tau mana perbuatan yang benar dilakukan dan mana perbuatan yang tidak pasntas dilakukan.Tanpa kita sadari bentuk perilaku menyontek ini terbagi menjadi beberapa bagian,seperti hal yang di ungkapkan oleh Hetherington dan Feldman(Hartanto,2012):

A.Social Active
1) Melihat jawaban teman yang ketika ujian berlangsung.
2) Meminta jawaban kepada teman yang lain ketika ujian sedang berlangsung.
  
B.Individualistic-Opportunistic
1) Menggunakan HP atau alat elektronik yang lain yang dilarang  ketika ujian sedang berlangsung.
2) Mempersiapkan catatan untuk digunakan saat ujian berlangsung
3) Melihat dan menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman yang lain pada tes

C. Individual Planned
1) Mengganti jawaban ketika guru keluar kelas
2) Membuka buku teks ketika ujian sedang berlangsung
3) Memanfaatkan kelengahan guru dalam ketika menyontek 

D.Social Passive
1) Menggijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian sedang berlangsung
2) Membiarkan orang lain menyalin pekerjaan
3) Memberi jawaban tes pada teman pada saat tes berlangsung

Mungkin hal di atas adalah kebiasaan yang sering kita lakukan ketika ujian sedang berlangsung.Bahkan bisa jadi dengan telah berkembang zaman sekarang masih ada cara baru yang digunakan para siswa atau mahsiswa dalam melakukan perbuataan menyontek mereka.Namun suatu pertanyaan muncul sampai kapan menyontek ini dilakukan?kapankah kita menggunakan otak kita sendiri dalam berpikir?.Itulah sederet pertanyaan yang muncul yang seharusnya kita tanyakan pada diri kita sendiri,lebih baik menggunakaan prinsip ini lebih baik mengerjakan ujian dengan otak kita sendiri,daripada mengerjakan ujian dengan otak orang lain.Apabila presepsi itu telah digunakan setidaknya kita malu pada diri kita sendiri yang tidak mampu menggunakan otaknya sendiri.Karena,apabila kita salah atau kita mengerjakan ujian tersebut atau dengan nilai yang kita dapat jelek atau tidak bagus,dengan sendirinya kita terpacu untuk lebih giat lagi dalam belajar.Tidak ada kata untuk malu,karena ujian yang kita kerjaakan adalah hasil otak kita sendiri,buat apa nilai kita bagus tapi hanya dengan otak orang lain.Memang efek menyontek ini tidak seketika kita rasakan dampak nya masih lama di rasakan.Contoh yang mudah saja dalam efek menyontek yang kita rasakan yaitu,sangat sulitnya kita untuk masuk didalam dunia pekerjaaan ketika di suatu perusahaan tersebut dibuka tes untuk masuk kerja,dari situ mulai terlihat apa yang telah kita lakukan selama masih duduk dibangku sekolah,karena dalam tes yang ketat semacam itu peluang untuk berbuat tindakan kecurangan sangatlah sedikit,jadi kesempatan untuk menyontek tersebut sangatlah sedikit sekali.Jadi,marilah kita sebagai penerus bangsa ini hilangkanlah budaya yang tidak baik ini,karena apabila generasi sudah ternodai dengan hasl yang buruk maka bangsa ini akan menjadi kacau.Semuanya di awali dengan diri kita sendiri untuk tidak menyontek dalam pelaksaan ujian atau dimana saja.Banggalah kita dengan hasil ujian yang kita kerjakan dengan otak sendiri sekalipun nilai yang kita dapatakan tidak sebagus ketika menyontek hasil teman,tapi kita akan mendapatkan kebangaan tersendiri nantinya.Mudah untuk mengatakan namun sulit untuk dilakukan,itu adalah hal yang wajar karena menyontek ini telah menjadi suatu budaya.Kita harus mengubah nya sedikit demi sedikit.


Kesimpulan

Perilaku menyontek memang sudah tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan Indonesia,karena perilaku semacam ini telah menjadi budaya yang tak terpisahkan.Peran semua pihak sangat diperlukan agar kita dapat menghilangkan budaya menyontek ini.Agar penerus generasi bangsa adalah penenrus yang memiliki kemampuan yang bagus dan tidak ada budaya yang tidak baik yang harus dihilangkan dari dunia pendidikan ini.Semoga seluruh komponen bangsa indonesia sadar mengenai budaya menyontek ini yang masih kita anggap sebagai hal yang biasa saja,karena apabila masih terus dibiarkan akan menjadi bom waktu yang sangat mematikan.






Daftar Pustaka

1. Djamara.S.2002.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta
2. Gbadasomi,G.2004.Academic Ethics:What has morality,culture and admisnistration got to do with its measurement?Management decision 42,1145-1161.
3. Hartanto,Doy 2012.Bimbingan dan Konseling Menyontek Mengungkap Akar masalah dan solusinya.Jakarta.Indeks
4. Haryono W.Hadjanta G,dari ariyayi P 2001.Perilaku Menyontek ditinjau dari   presepsi terhadap Intensitas Kompetisi dalam Kelas dan Kebutuhan  Berprestasi.Psikomedia.Kajian Ilmiah psikologi 21 , 10-16
5. Harlock Elizabeth B.1999.Psikologi perkembangan(Suatu Pendekatan  Sepanjang Rentang Kehidupan).Jakarta:Erlangga
6. Kohlberg Lawarence.1981.the Meaning and measurement of  moral.Development.
7. Petress K.C 2003.Accademic Dishonesty a plaque on our profession.Education 123,624-627
8. Riyanto Theo,Handoko martin.Pendidikan anak usia dini.Jakarta.Grasindo.
9. Tri Maria Veronikha dkk.Jurnal Perilaku Menyontek.Surakarta.Hal 5-6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar